Dikala segang saat seminggu terpaksa dirumah merasakan badan yang terasa kurang enak, pikirku menarawang jauh kebelakang , kutelusuri liku kehidupan yang telah lama kutinggalkan , setatap demi setapak kuikuti kebelakang kadang masih jelas membekas kadang sudah samar nyaris tak kuingat,terkikis tertimbun oleh lalu lalang jejak kehidupan.
Memang dulu tak pernah kupikirkan kehidupan yang sekarang kulakukan, keinginan selalu jauh tinggi menjulang, namun kakiku tetap harus menginjak jalan terhampar dibawah , memang mataku ditaruh didepan dan diatas , namun apakah artinya akau hanya memandang kedepan dan keatas, mulut triak kesakitan menginjak rintangan yang tak perkirakan sebelumnya, menjadi hambatan perjalanan yang kulakukan , akibat mata enggan melihat kebawah, setelah duduk sejenak mengamati rintangan yang membuat kakiku kesatitan, kurenungkan apa makna suatu hambatan , ternyata ada sesuatu yang Allah ingin tunjukan, namun terkadang kau terdorang keingingin nafsu yang membara enggan membaca petunnjuk yang Allah berikan , akhirnya hanya kesakitan dan keluhan yang kau dapatkan, namun bila kau dapat sabar dan merenung sejenak apa makna suatu hambatan kau sempatkan membaca petunjuk yang kau dapatkan niscaya kau akan dapatkan kemudahan perjalanmu kedepan.
Kita semua hidup punya tujuan dan cita cita , namun taksemua tujuan dan cita cita itu selalu dapat ku temukan, semua berjalan dan berjalan seolah ada tangan ketiga yang mengatur dan menskenariokan, bukankah kita tinggal menjalankan, atau kau aka mencaci yang menskenariokan atau menerjang setiap rintangan yang menghalang, mengumpat hambatan yang kau dapat
Silahkan kau yang memegang kendali kehidupan, segala keputusanmu diminta pertanggung jawabannya
Dulu aku pernah kuliah di kota Semarang setiap hari kulewati Jl. Pahlawan, saat itu banyak orang dijalanan, kuhentikan perjalanannya dan ku-amati apa sebabnya, ternyata banyak orang mendaftarkan pendidikan ikatan dinas , katanya kuliah nggak bayar malah dibayar , dasar nasib seorang mahsiswa yang pas pasan hidupnya hanya tunggu kiriman, uang smesteran pun belum terbayar, kirimanpun tersendat akibat orang tua jadi pensiunan. Tersirat dalam benaku mungkinkah ini petunjuk yang Allah berikan, kuikuti semua tahap pendaftaran,tes demi tes telah kulakukan, hingga suatu hari ku dapat panggilan, ke tota Bandung Parahyangan , suatu kota yang belum pernah ku jamak hanya kuingat suatu nyanyian Hallo halo Bandung dan Keroncong Bandung Selatan diwaktu malam melalui radio milik tetangga. Kudatangi panggilan itu dengan naik bus Bandung Cepat , jam empat subuh aku diatr dialamat, di jalan Ambon entah lupa nomornya, kemudian aku ditampung di mushola karena wawancara baru dilakukan setelah jam dua, jam 5 sore wawan cara rampung dilakukan, sakbanjure sing ora ono penginepan /sadulur disarankan nginap di PUSDIHUB Cimahi, ancer ancere numpak Honda (angkut ) tekan Pasir kaliki jur nyambung Bemo nuju Cimahi, Tekan lampu merah prapatan Cimahi turun terus jalan kaki arah selatan sampai PUSDIHUB, Tekan di Pusdihub jebulane tangsi tentara, disana ditunjukan nginepnya dibarak,tempat tidurnya akih banget, kasurnya digulung tanpa sprehi , kamar mandinya peteng , dan bak mandinya panjang sekali, ciduknya topi baja sing gedene sak kuwali. Malam segera tiba .udara dingin menusuk tulang belulang, desertai perut kelaparan karean taksempat cari makan sebelum masuk barak. Mencari makanpun tak tahu kemana harus membeli, untuk mengatasinya tidur digulungan kasur tanpa sprehi teriring lampu kelap kelip diujung lorong tertiup angin dingin melengkapi larutnya malam terdengar derap langkah kompeni yang katanya sedang patroli, temanku Muchtar berbisik itu hantu kompeni yang dulu pernah ditembak mati yang topi bajanya ketinggalan di kamar mandi, bulu kuduk merinding mata pun tak berani bergeming hanya telinga yang ter jaga cari informasi, tak terasa tetidurlah pulas karena ngantuk yang tertahan karean kemarin malam nyaris kurang tidur dalam perjalanan ke Bandung
Pagi menjelang, teropet pagi telah di alunkan membangunkan semua penghuni tangsi untuk melakukan senam pagi semua berlampatan hiruk pikuk memecah kesunyian menyambut pagi dalam kegelapan
Setelah hari menjelang terang kita harus segera bertandang . melanjutkan testing kesehatan kemabli ke Bandung menyelusuri jalan yang kemarin kita lewati dari Cimahi naik bemo turun Pasir kaliki disambung jalan kaki potong Ciampelas turun ke Kebun Binatang Tamansari lewat ITB , Dago trus ke klinik Martdinata, tahap demi tahap testing kesehatan dilewati mulai tes mata sampai tes Ambeyen yang para peserta ditelanjangi mulut di lengan dan disuruh nungging wah lucu sekali yen kelingan tertawa geli .
Selesai testing suruh kembali ke kampung halaman yang lulus dilanjut pendidikan Bintal di PUSDIHUB CIMAHI
Tiga bulan Bintal di Cimahi, Bulan pertama dinamakan bulan penggodokan ing kawah codro dimuko,dimana kegiatan tidak boleh keluar tangsi, bulan kedua baru diajak jalan keluar lari pagi lewat depan rumah sakit Yudistira rasanya indah sekali, melihat perawat yang lagi wira wiri, Bulan ke tiga diajak rekreasi ,jalan jalan kecuruk Penganten Cimahi kenangan indah tersebul dalam ingatan, menolong seorang putri yang terpeleset di bebatuan, dengan cekatan kutarik jemarinya dalam genggaman, gadis cantik putih mungil dari Kuningan, pulangnya kutelusuri pemantang ladang, petani yang sedang memanen wortelnya, kupinta sebatang untuk obat haus bercampur lapar, senyum riang kemabli kebarak mengenang perjalanan yang sudah terlewatkan
Bintal Cimahi sudah kulewatkan, pendikan TELKOM dilanjutkan, tiga bulan sekali dilakukan ujian, satu persatu temanku berguguran, akhirnya pendidikan 2 tahun dapat kuselesaikan, bulan juni 1978 diumumkan penempatan, luar jawa yang menjadi tugas kota tujuan, harapan hanjur kenanganpun lebur berantakan setelah SK menyebutkan ke Irian Jaya kami ditempatkan
Sungguh sepi yang tak pernah kubayangkan, setiap pagi kutatap laut lepas, samudra Pasifik biru nan dalam, terpancar mentari di sela sela gelombang , sinarnya memancar kerinduan . kampung halaman sanak keluarga dan kekasih yang nan jauh diujung sana ,sungguh sedih bila dipkirkan, menagis merintih pun tak ada yang mendengarkan . deburan gelombang yang kian mengganas menyentak lamunanku dalam kenyataan
Tersentak hatiku untuk menrima kenyataan, kapung halaman kekasihpun ku lupakan banyak surat tak pernah jawab, untuk pulangpun jauh dari harapan melihat karyawan senior yang lima hinga sepuluh tahun belum dipindahkan . tahun demitahun telah kulewatkan diatas Bukit Base G Irian Barat bersama sahabatku Budi Atmoko,Salkoni kupecahkan kesunyian dengan memukul rebana, melantunkan kasidah ala tepian samudra yang suaranya nyaris tak dengar hanya ketipung gendang bersautan, menyampaikan salam lewat gelombang samudra
Suatu hari aku tugas inspesi keliling papua kutemui kawan kawan disana Anjar Prayino di Manok Wari dan Sukmana di Digul Meroke, penderitaan lebih dia rasakan terserang demam malaria rabutnya habis nyaris botak, dikala pesawat tak datang, cuaca buruk air kali Digul pun kurang akhirnya kapal tak dapat merapat suplai makanan jadi terhambat, ubi dan talas bakar jadi santapan
Di akhir tahun dibulan Desember 1984, kudapat panggilan lulus untuk ikut pendidikan lanjutan di Kota Bandung Parahyangan, bintal Cimahi kembali terulang terusik kenangan lama yang kutinggalkan kuambil waktu tak buang kesempatan, kupinang gadis pujaan mendampingiku hingga sekarang
Sungguh perjalanan yang melelahkan menyelusur hutan menyebrang lautan suatu perjalan hidup yang kulewati. Dengan tulisanku ini semoga dapat diambil kesimpulan
Bahwa perjalanan hidup tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan
Kadang lurus kadang melingkar melewati tebing indah terkadang terjal
Kau dapat merasakan enak setelah merasakan kesakitan
Kau dapat lihat yang cantik atau indah setelah melihat yang jelek atau menjijikkan
Kau adalah pengendali kehidupan, keman langkah akan kau injak kau yang menentukan
Dimana kau berada ,bagaimana pun keadaanmu petunjuk Allah sudah disediakan
Tinggal kamu harus bersabar dan pandai mengamati membaca yang Allah tunjukan
Masih banyak cerita yang ingin kusampaikan namun kuakhiri disini saja agar engkau tidak bosan .
Wasalam
Liliek Roch. 11 Mei 2009
Senin, 11 Mei 2009
Napak Tilas Jejak Kehidupan pm 7678
03.45
Alumni Pendidikan Pengatur Muda 1976-1978
1 komentar:
bagus, terima kasih
Posting Komentar