Minggu, 21 Juni 2009

KERETA EXPRESS METROPOLITAN

Kereta Expres Metropolitan

Setiap hari di kota Metropoltan Jakarta ibu kota negeri tercinta bagaikan negeri yang tak pernah tidur, sejak pagi selepas tengah malam, pedagang sayur mayur dan kue kue jajanan hiruk pikuk mengusik senyapnya kota Jakarta, belanja dan mejajakan kebutuhan jutaan penduduk yang tak pernah kenyang, apa saja dapat dijual belikan, dari emas permata hingga kotoran kuda, dari presiden sampai gelandangan, dari yang cantik hingga yang kudisan, dari penguasa hingga yang tertindas, dari Monohara sampai Cici Paramida menyatu dalam permasalahan Ibu kota hingga sulit membedakan mana yang manusia dan mana yang setan, semua saling curiga berdampak ketegangan terukir dalam raut wajahnya.

Ketika azan subuh telah berkumandang arus penduduk sudah sulit dikendalikan memadati setra keramaian dari pasar, terminal dan station kereta, arus penduduk terasa memadati setiap celah jalanan jangankan naik mobil jalan kaki pun mengalami kemacetan, kesemrawutan sudah merupakan pemandangan keseharian, hanya kereta expres pelarian, moda transpotasi sarana yang diharapkan, walau berdesak walau kadang terlambat semua setia menanti kedatangannya .
Sutu pagi seperti hari hari biasanya berangkat gelap pulangnya petang naik kereta ekonomi terkadang Kereta patas, tergantug banyak uang yang tersedia dalam kantong yang pas-pasan asal cukup sampai akhir bulan dari Bekasi, Kranji, Klender, Jatinegara, Manggarai dan turun Sudirman sambung Metro mini sampai ketempat kerja..

Jam 17 sepulang kerja melalui jalan yang itu itu juga, namun entah kena apa badanku terasa kurang enak, di benak ingin ke station kereteapi lebih cepat, berharap dapat kebagian tempat duduk di kereta, setelah beli karcis lalu berdiri di peron terdepan menunggu datangya kereta, keretapun segera tiba semua penumpang berlompatan berebut kursi di kereta, memang sebagaian ada yang sengaja membawa kursi lipat, aku pun tak buang kesempatan kudapat duduk pada kursi terdekat, lega rasanya aku dapat duduk sambil menata napas yang masih tersengal, belum saja nafas ini tertata datanglah ibu ibu muda yang sedang bebadan dua, menghampiri, permisi pak celatuknya, aku menggeser duduku, selang kemudian datang lagi ibu ibu sama berbadan dua, permisi pak namun rasanya pantat ini sudah tak dapat digeser, setelah kutengok kekiri kekanan ternyata kok semua ibu ibu berperut besar, terpaksa kulepaskan kursi yang telah kuperebutkan, kuberdiri sambil mngamati diding kereta , ternyata disitu tertulis khusus untuk ibu ibu hamil, aduh malu rasanya bercampur geli menyatu dalam gelantungan tiang kereta, tersirat dalam pikirku inilah kemamuan yang terdorong emosi memaksakan kehendak tanpa peduli kanan kiri, akhirnya malu yang kudapatkan, kututup kan mataku dengan menempelkan mata dilengan yang bergelantungan sambil sekali kali mengintip orang orang disekitar semua diam semua merunduk dan matanya enggan ditatap dan menghindar untuk saling bertemu muka, entah apa yang dipikirkan, semua diam semua bisu, muka merunduk berpura pura dipejamkan seakan tidur lelap, namun telinganya seakan liar mencari informasi hingga sedikit celotehan orang pun akan mejadi pusat perhatian , apakah ini norma dikereta semua diam hanya desir angin dan gemrisik gesekan rel nyaring terdengar, apa lagi kalau pulang terlamabat, ikut kereta penghabisan jam 21.30 berangkat semua tertunduk diam seakan hantu hantu di kereta hingga timbul suatu cerita Kereta hantu suatu malam dari Depok UI -Jakarta, pernah penumpang ketakutan sampai stasion terdekat turun dan tak berani meneruskan perjalanan.
Azan magribpun terkadang masih di kereta, sampai rumah sudah lewat isak, baru duduk sebentar, sudah larut malam esoknya harus segera berangkat seperti biasanya terasa waktu hidupku habis dijalanan .

Itulah kisah kerja di Metropolitan, masih untung rumahnya kelewatan jalur kereta kalau tidak jam 5 subuh sudah mengejar-ngejar angkutan, sungguh sampai kantorpun sudah merupakan perjuangan masihkah dikantor akan saling salah menyalahkan, kekesalanpun terkadang terbawa kerumah, sungguh kasihan anak istri di rumah sudah bercengkerama pun tak pernah masih dibebani kekesalan, akhirnya tujuan utamanya lepas, maunya bekerja untuk membahagiakan keluarga hasilnya membikin kekesalan dirumah
Kondisi demikianlah merupakan salah satu penyebab sikap orang Metropolitan “ Lou lou gua gua ,teman sih teman curiga jalan terus “

Ingat dulu ketika aku masih duduk dibangku Taman kanak kanak, keceriahan pun terpancar dalam raut wajahnya walau baju gelepotan dengan premen cokelat tertawa becanda ria tanpa beban , lalu aku semakin besar terpikir akan bahagia bila telah selesai kuliah, ternyata selesai kuliah bingung mencari kerja setelah kerja rasanya akan bahagia kalau sudah punya pendamping, setelah punya pendamping mungkin akan bahagia kalau sudah punya anak, sudah punya anak terpikir enak kalau anak sudah besar dapat berjalan jalan bersama, anak sudah besar tidak ada waktu, mungkin enak nanti kalau sudah pensiun punya waktu banyak sudah pensiun dan akhirnya sampai matipun kita tak pernah dapat apa apa, sebetulnya banyak yang dapat kita lakukan untuk membahagiakan keluarga, namun kita terlalu banyak kehendak padahal hanya sedikit yang diperlukan, kau diberi makan, makanlah seperlunya bukan sebanyak banyaknya kau makan, akhirnya dimutahkan, kau diberi Dunia, gunakanlah seperlunya bukan kau exploitasi habis habisan, kau diberi hutan , tebanglah seperlunya bukan dibabat habis akhirnya jadi petaka.

Begitu juga dengan keluarga, tidak banyak yang diharapkan, Cuma kepedulian dan waktu bercengkerama pernahkah engakau berikan, barapa banyak waktu kau sisihkan itulah yang diharapkan, bukan harta kau kejar siang malam hasilnya hanya sebagian saja yang digunakan sisanya kau kemanakan.
Nah cerita Kereta Expres Metro Politan kami akhiri disini saja, sekali kali boleh juga nyoba naik Kereta Komuter Metropolitan dari Jatinegara, Periuk, Kota, Tanah abang kembali Jatinegara, Hanya pesan eyang gunakan waktumu sekarang juga jangan kau pikirkan masa lalu hanya menambah beban waktu sekarang, jangan kau pikirkan masa akan datang itu gaib adanya hanya sang pencipta yang mengetahuinya.

Adios ,selamat malam

Roch, 17 Juni 2009

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design